BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kegiatan mengukur, menilai, dan
mengevaluasi sangatlah penting dalam dunia
pendidikan. Hal ini tidak terlepas
karena kegiatan tersebut merupakan suatu siklus yang
dibutuhkan untuk mengetahui
sejauhmana pencapaian pendidikan telah terlaksana. Contohnya dalam evaluasi
penilaian hasil belajar siswa, kegiatan pengukuran dan penilaian merupakan
langkah awal dalam proses evaluasi tersebut. Kegiatan pengukuran yang dilakukan
biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk tes dan hal ini yang paling banyak
digunakan. Namun, tes bukanlah satu-satunya alat dalam proses pengukuran,
penilaian, dan evaluasi pendidikan sebab masih ada teknik lain yakni teknik
“NON TES”.
Teknik
non tes biasanya dilakukan dengan pengisian observasi, wawancara, angket
(kuesioner), skala sikap dan lain-lain. Pada evaluasi penilaian hasil
belajar, teknik ini biasanya digunakan
untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik, sedangkan teknik tes
digunakan untuk mengukur pada ranah kognitif.
B.
Rumusan
Masalah
1. Apa
yang dimaksud dengan instrumen non-tes?
2. Bagaimana prosedur penyusunan kisi-kisi dari instrumen
non-tes?
3. Bagaimana
cara pengambilan instrument non-tes?
4. Bagaimana
kaidah penulisan soal instrument non-tes?
C.
Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka, maka
penulis memiliki tujuan yaitu, memahami pengertian, jenis-jenis, prosedur
penyusunan kisi-kisi, kaidah penulisan dan cara menulis butir soal untuk
instrument non-tes beserta contohnya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Instrumen
Non-tes adalah instrumen selain tes
prestasi belajar. Alat penilaian yang dapat digunakan antara lain adalah:
lembar pengamatan/observasi (seperti catatan harian, portofolio, life skill)
dan instrumen tes sikap, minat, dsb. Pada prinsipnya, prosedur penulisan butir
soal untuk instrumen non-tes adalah sama dengan prosedur penulisan tes pada tes
prestasi belajar, yaitu menyusun kisi-kisi tes, menuliskan butir soal
berdasarkan kisi--kisinya, telaah, validasi butir, uji coba butir, perbaikan
butir berdasarkan hasil uji coba.
Namun, dalam proses awalnya, sebelum
menyusun kisi-kisi tes terdapat perbedaan dalam menentukan validitas
isi/konstruknya. Dalam tes prestasi belajar, validitas isi diperoleh melalui
kurikulum dan buku pelajaran, tetapi untuk non-tes validitas isi/konstruknya
diperoleh melalui "teori". Teori adalah pendapat yang dikemukakan
sebagai keterangan mengenai suatu peristiwa atau kejadian, dsb. (Kamus Besar
Bahasa Indonesia, 1990 : 932)
B. Pengamatan
Pengamatan merupakan suatu alat
penilaian yang pengisiannya dilakukan oleh guru atas dasar pengamatan terhadap
perilaku peserta didik yang sesuai dengan kompetensi yang hendak diukur.
Pengamatan dapat dilakukan dengan menggunakan antara lain lembar pengamatan,
penilaian portofolio dan penilaian kecakapan hidup. Pelaksanaan pengamatan
sikap dapat dilakukan guru pada sebelum mengajar, saat mengajar, dan sesudah
mengajar.
Perilaku minimal yang dapat dinilai
dengan pengamatan untuk perilaku/budi pekerti peserta didik, misalnya: ketaatan
pada ajaran agama, toleransi, disiplin, tanggung jawab, kasih sayang, gotong
royong, kesetiakawanan, hormat-menghormati, sopan santun, dan jujur. Portofolio
merupakan deskripsi peta perkembangan kemampuan individu peserta didik. Jadi
portofolio merupakan ”kartu sehat” individu peserta didik. Bila ada peserta
didik yang ”sakit”, tugas guru adalah (1) menentukan penyakitnya apa, kemudian
(2) memberi obat yang tepat agar peserta didik cepat sembuh dari penyakitnya.
C.
Pengambilan
Data Instrumen Non-Tes
1. Observasi
Observasi
merupakan suatu teknik penilaian non-tes yang dilakukan secara langsung
terhadap siswa dengan memperhatikan tingkah lakunya. Secara umun, observasi
adalah cara menghimpun berbagai bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan
pengamatan dan pencatatan secara sitematis terhadap fenomena sebagai sasaran
yang dapat dilakukan didalam ruang belajar (kelas), lapangan upacara, dan ruang
lingkup sekolah lainnya.
Langkah-langkah
menyusun observasi:
·
Merumuskan
tujuan
·
Merumuskan
kegiatan
·
Menyusun
langkah-langkah
·
Menyusun
kisi-kisi
·
Menyusun
panduan observasi
·
Menyusun
alat penilaian
2. Wawancara
Wawancara
atau interview termasuk salah satu alat penilaian non-tes yang digunakan untuk
mendapatkan informasi tertentu tentang keadaan responden dengan jalan Tanya
jawab sepihak. Dengan kata lain, wawancara adalah cara menghimpun berbagai
bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya jawab lisan secara
sepihak, berhadapan muka serta dengan arah dan tujun yang telah ditentukan.
Wawancara
dapat dilakukan dengan 2 cara, yaitu:
1. Interview
bebas (tidak berstruktur atau tidak terpimpin), dimana responden mempunyai
kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh berbagai patokan
yang telah dibuat oleh subjek evaluasi ( tanpa terikat oleh berbagai ketentuan
yang telah dibuat oleh pewawancara).
2. Interview
terpimpin (terstruktur), yaitu interview yang dilakukan oleh subjek evaluasi
dengan cara mengajukan berbagai pertanyaan. Yang sudah diusun terlebih dahulu.
Sebagai alat penilaian, wawancara dapat
digunakan utuk menilai hasil dan proses belajar. Berikut 3 aspek yang harus di
perhatikan dalam melaksanakan wawancara:
a. Tahap
awal pelaksanaan wawancara bertujun untuk mengondisikan situasi wawancara.
Buatlah situasi yang mengungkapkan suasana keakraba, sehingga siswa tidak
merasa takut, dan ia terdorong untuk mengemukakan pendapatnya secara bebas dan
benar atau jujur.
b. Penggunaan
pertanyaan. Setelah kondisi awal cukup baik, barulah diajukan
pertanyan-pertanyaan sesuat dengan tujuan wawancara. Pertanyaan diajukan secara
bertahap dan sistematis berdasarkn rambu-rambu atau kisi-kisi yang telah dibuat
sebelumnya.
c. Pencatatan
hasil wawancara. Hasil wawancara sebaiknya dicatat saat itu juga agar tidak
lupa.
Sebelum
melaksanakan wawancara, perlu dirancang pedoman wawancara. Pedoman ini disusun
dengan menempuh berbagai langkah sebagai berikut:
a. tentukan
tujuan yang ingin dicapai dari hasil wawancara.
b. Berdasarkan
tujuan yang ada, tentukan aspek-aspek yang akan diungkap dalam wawancara
tersebut.
c. Tentukan
bentuk pertanyaan yang akan digunakan, bentuk berstruktur ataukah terbuka.
d. Buat
pertanyaan yang berstruktur atau bebas.
e. Ada
baiknya, dibuat pula pedoman mengolah dan menafsirkan hasil wawancra, baik
pedoman wawancara terpimpin ataupun untuk wawancara bebas.
Berikut
ini adalah contoh pedoman wawancara bebas.
Tujuan: Memperoleh
informasi mengenai cara belajar cara belajar yang dilakukan oleh siswa
dirumahnya.
Bentuk: Wawancara bebas
Responden: Siswa yang
memperoleh hasil cukup tinggi.
Nama siswa :……….
Kelas/semester:……….
Jenis kelamin :……….
Pertanyaan Guru
|
Jawaban siswa
|
Komentar dan kesimpulan hasil
wawancara
|
1.
Kapan dan berapa lama anda belajar dirumah?
2.
Bagaimana cara Anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif?
3.
Kegiatan apa yang Anda lakukan pada waktu mempelajari bahan pelajaran?
4.
Seandainya Anda mengalami kesulitanndalam mempelajarinya, usaha apa yang
Anda lakukan untuk mengatasi kesulitan tersebut
5.
Dst.
|
|
|
Berikut ini keuntungan wawancara:
a. Wawancara
dapat memberikan ketenangan keadaan pribadi. Hal ini tergantung pada hubungan
baik antara pewawancara dengan objek.
b. Wawancara
dapt dilaksanakan untuk setiap umur dan mudah dalam pelaksanaannya
c. Wawancara
depat dilakukan serempak dengan observasi
d. Data
tentang keadaan individu lebih banyak diperoleh dan lebih tepat dibandingkan
dengan observasi dan angket
e. Wawancara
depat menimbulkan hubungan yang baik antara pewaancara dan objek.
Berikut ini kelemahan wawancara sebagai
alat penilaian:
a. Keberhasilan
wawancara dapat dipengaruhi oleh kesediaan, kemampuan individu yang
diwawancarai
b. Kelancaran
wawancara dapat dipengaruhi oleh keadaan sekitar pelaksanaan wawancara
c. Wawacara
menuntut penguasaan bahasa yang baik dan sempurna dari pewawancara.
d. Adanya
pengaruh subjektif dari pewawancara dapat mempengaruhi hasil wawancara.
3. Angket
(Kuisioner)
Kuisioner
(questionnaire) juga sering dikenal sebagai angket. Pada dasarnya, angket
adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur
(responden). Dengan kuisioner ini, dapat diketahui keadaan atau data diri,
pengalaman pengetahuan, sikap, atau pendapat seseorang. Angket sering digunakan
untuk menilai hasil belajar ranah afektif dalam bentuk pilihan ganda maupun
skala sikap.
Kuisioner
dapat ditinjau dari beberapa segi. Pertama,ditinjau
dari segi orang yang menjawab. Berikut ini pembagiannya:
a. Kuisioner
langsung, yaitu jika kuisioner tersebut dikirimkan dan diisi langsung oleh
orang yang akan diminta jawaban tentang dirinya.
b. Kuisioner
tidak langsung, quisioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang diminta
keterangannya.
Kedua,
ditinjau dari segi cara menjawab. Berikut ini pembagiannya:
a. Kuisioner
tertutup, yakni kuisioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap, sehingga persegi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang
dipilih.
b. Kuisioner
terbuka, yakni kuisioner yang disusun sedemikian rupa, sehingga para pengisi
mengemukakan pendapatnya.
Ketiga,daftar
cocok (check list), yaitu deretan
pernyataan (yang biasanya singkat singkat), din mana responden yang dievaluasi
tinggal membubuhkan tanda cocok ditempat yang sudah disediakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun angket
1. Pertanyaan hendaknya pendek dan
jelas
2. Mengandung satu jawaban
3. Pertanyaan tidak boleh menyinggung
perasaan peserta didik.
Berikut ini beberapa
kelebihan angket (quisioner):
1. Dengan
angket, kita dapat memperoleh data dari sejumlah anak dengan hanya membutuhkan
waktu yang singkat.
2. Setiap
anak dapat memperoleh sejumlah pertanyaan yang sama
3. Dengan
angkaet, pengaruh subjektif dari guru dapat dihindarkan.
Berikut ini beberapa
kelemahan angket (quisioner):
1. Pertanyaan
yang diberikan melalui angket terbatas, sehingga apabila ada hal-hal yang
kurang jelas, maka sulit diterangkan kembali.
2. Terkadang,
pertanyaan yang diberikan tidak dijawab oleh semua anak, atau mungkin dijawab,
tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
3. Ada
kemungkinan angket yang diberikan tidak dapat dikumpulkan semua karena banyak
anak yang merasa kurang perlu hasil dari angket yang diterima.
D. Prosedur
Penyusunan Kisi-kisi Instrumen Non-tes
Dalam kisi-kisi non-tes biasanya
formatnya berisi dimensi, indikator, jumlah butir soal per indikator, dan nomor
butir soal. Formatnya seperti berikut ini.
Format kisi-kisi instrument non tes
No
|
Dimensi
|
Indikator
|
Jumlah soal perindikator
|
Nomor soal
|
|
|
|
|
|
Untuk mengisi kolom dimensi dan
indikator, penulis soal harus mengetahui terlebih dahulu validitas konstruknya
yang disusun/dirumuskan melalui teori. Cara termudah untuk mendapatkan teori
adalah membaca beberapa buku, hasil penelitian, atau mencari informasi lain
yang berhubungan dengan variabel atau tujuan tes yang dikehendaki. Oleh karena
itu, peserta didik atau responden yang hendak mengerjakan tes ini (instrumen
non-tes) tidak perlu mempersiapkan/belajar materi yang hendak diteskan terlebih
dahulu seperti pada tes prestasi belajar.
Setelah teori diperoleh dari
berbagai buku, maka langkah selanjutnya adalah menyimpulkan teori itu dan
merumuskan mendefinisikan (yaitu definisi konsep dan definisi operasional)
dengan kata-kata sendiri berdasarkan pendapat para ahli yang diperoleh dari
beberapa buku yang telah dibaca. Definisi tentang teori yang dirumuskan inilah
yang dinamakan konstruk. Berdasarkan konstruk yang telah dirumuskan itu,
langkah selanjutnya adalah menentukan dimensi (tema-objek/hal-hal pokok yang
menjadi pusat tinjauan teori), indikator (uraian/rincian dimensi yang akan
diukur), dan penulisan butir soal berdasarkan indikatornya. Untuk lebih
memudahkan dalam menyusun kisi-kisi tes, perhatikan alur urutannya seperti pada
bagan berikut.
E.
Kaidah
penulisan Soal Instrumen Non-Tes
Kaidah penulisan untuk soal pilihan ganda adalah
sebagai berikut:
1. Materi
·
Rumusan soal harus sesuai dengan
indikator
·
Pengecoh harus berfungsi, jangan terlalu
kelihatan salahnya
·
Setiap soal harus mempunyai satu jawaban
yang benar atau paling benar
·
Aspek yang diukur pada setiap pernyataan sudah sesuai
dengan tuntutan dalam kisi-kisi (misa untuktes sikap : aspek kongnisi, afeksi
atau konasinya dan pernyataan positif atau negatifnya).
2. Konstruksi
·
Pernyataan dirumuskan denga singkat (tidak melebihi 20
kata) dan jelas.
·
Kalimatnya bebas dari pernyataan yang tidak relevan
objek yang dipersoalkan atau kalimatnya merupakan pernyataan yang diperlukan
saja.
·
Kaliatnya bebas dari pernyataan yang bersifat negatif
ganda
·
Kalimatnya bebas dari pernyataan yang mengacu pada
masa lalu.
·
Kalimatnya bebas dari pernyataan yang faktual atau
dapat diinterpretasikan sebagai fakta.
·
Kalimatnya
bebas dari pernyataan yang dapat diinterpretasikan lebih dari satu cara.
·
Kalimatnya bebas dari pernyataan yan mungkin disetujui
atau dikosongkan oleh semua responden.
·
Setiap pernyataan hanya berisi satu gagasan secara
lengkap.
·
Kalimatnya bebas dari peryataan yang tidak pasti
seperti semua, selalu, kadang-kadang, tidak satupun, tidak pernah.
·
Jangan banyak mempergunakan kata Tanya, sekedar,
semata-mata.
3. Bahasa atau
budaya
·
Bahasa soal harus komunikatif dan sesuai dengan
jenjang pendidikan peserta didik atau responden.
·
Soal harus menggunakan bahasa Indonesia baku.
·
Soal tidak menggunakan bahasa yang berlaku setempat
atau tabu.
Kaidah penulisan untuk soal pilihan ganda adalah
sebagai berikut:
·
Rumusan butir soal harus mengacu pada
indikator yang telah dirumuskan
·
Batasan jawaban atau ruang lingkup yang
hendak diukur harus jelas dan terukur.
·
Harus mengunakan kata tanya atau
perintah yang menuntut jawaban uraian
·
Hindari pertanyaan : siapa, apa,
bila
·
Menggunakan bahasa yang baku
·
Menghindari menggunakan kata-kata yang
dapat ditafsirkan ganda
·
Buat petunjuk yang jelas bagaimana soal
itu dikerjakan
·
Buat kunci jawaban berbarengan dengan
membuat soal
·
Buat pedoman penskorannya
.
F. Contoh Penulisan Kisi-kisi Non-Tes
dan Butir soal
Dalam bagian ini disajikan beberapa contoh penulisan
kisi-kisi tes dan penulisan butir soal yang sangat sederhana. Tujuan utamanya
adalah agar contoh-contoh ini mudah dipahami oleh para guru di sekolah. Contoh
yang akan disajikan adalah penulisan kisi-kisi dan butir soal untuk tes skala
sikap, tes minat belajar, tes motivasi berprestasi, dan tes kreativitas. Untuk
contoh instrumen non-tes lainnya, para guru dapat menyusunnya sendiri yang
proses penyusunannya adalah sama dengan contoh yang ada di sini.
1. Tes Skala Sikap
Berbagai definisi tentang sikap yang telah dikemukakan oleh
para ahli, di antaranya adalah Mueller (1986: 3) yang menyampaikan 5 definisi
dari 5 ahli, adalah seperti berikut ini.
(1) Sikap adalah afeksi untuk atau melawan, penilaian
tentang, suka atau tidak suka, tanggapan positif/negatif terhadap suatu objek
psikologis (Thurstone).
(2) Sikap adalah kecenderungan untuk bertindak ke arah atau
melawan suatu faktor lingkungan (Emory Bogardus).
(3) Sikap adalah kesiapsiagaan mental atau saraf (Goldon
Allport).
(4) Sikap adalah konsistensi dalam tanggapan terhadap
objek-objek sosial (Donald Cambell).
(5) Sikap merupakan tanggapan tersembunyi yang ditimbulkan
oleh suatu nilai (Ralp Linton, ahli antropologi kebudayaan).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, para ahli
menyimpulkan bahwa sikap memiliki 3 komponen penting, yaitu komponen:
(1) kognisi yang berhubungan dengan kepercayaan, ide, dan
konsep;
(2) afeksi yang mencakup perasaan seseorang; dan
(3) konasi yang merupakan kecenderungan bertingkah laku atau
yang akan dilakukan.
Oleh karena itu, ketiga komponen ini dimasukkan di dalam
format kisi-kisi "sikap belajar peserta didik" seperti contoh
berikut. Adapun definisi operasional sikap belajar adalah kecenderungan
bertindak dalam perubahan tingkah laku melalui latihan dan pengalaman dari
keadaan tidak tahu menjadi tahu yang dapat diukur melalui: toleransi,
kebersamaan dan gotong- royong, rasa kesetiakawanan, dan kejujuran.
No
|
Dimensi
|
Indikator
|
Nomor Soal
yang Mengukur
|
Kognisi
|
Afeksi
|
Konasi
|
+
|
−
|
+
|
−
|
+
|
−
|
1.
2.
3.
|
Toleransi
Kebersamaan dan gotong royong
Dan seterusnya
|
a.
Mau menerima pendapat orang lain atau tidak
memaksakan kehendak pribadi
b.
Tidak mudah tersinggung
a.
Dapat bekerja kelompok
b.
Rela berkorban untuk kepentingan umum
|
1
7
|
2
8
|
3
9
|
4
10
|
5
11
|
6
12
|
Tes soal skala sikap
No
|
Pernyatan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Mau menerima pendapat orang lain merupakan ciri bertoleransi
Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan kehendak
Saya suka menerima pendapat orang lain
Saya memilih teman disekolah, saya utamakan mereka
yang pintar saja
Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu
mendengarkan usul-usul kedua orang tuaku
Bekerjasama dengan orang yang berbeda suku harus
dihindarkan
….
|
|
|
|
|
Keterangan :
SS = sangat setuju
S
= setuju
TS = tidak setuju
STS = sangat tidak setuju
2.
Tes minat belajar
Minat adalah kecenderungan dalam
diri individu untuk tertatik pada sesuatu objek atau menyenangi sesuatu objek (
Sumadi Suryabrata, 1988 : 109 ). Menurut Crow and Crow
Minat adalah pendorong
yang menyebabkan seseorang memberi perhatian terhadap orang, sesuatu,
aktivitas-aktivitas tertentu. ( Johny Killis, 1988 : 26 )
Berdasarkan pendapat Crow and Crow
dapat diambil pengertian bahwa individu yang mempunyai minat terhadap belajar,
maka akan terdorong untuk memberikan perhatian terhadap Belajar tersebut.
Definisi operasional minat belajar
adalah pilihan kesenangan dalam kelakuan kegiatan dan dapat membangkitkan
gairah seseorang untuk memenuhi kesediaannya yang dapat diukur melalui
sukacita, ketertarikan, perhatian, dan keterlibatan.
Kisi-kisi tes minat belajar
No
|
Dimensi
|
Indikator
|
Nomor soal
|
1.
2.
3.
4.
|
Kesukaan
Ketertarikan
Perhatian
Keterlibatan
|
Gairah
Inisiatif
Responsif
Kesegeraan
Konsentrasi
Ketelitian
Kemauan
Keuletan
Kerjakeras
|
1,
2, 3
4,
5
6,
7, 8
9,
10
11,
12,
13,
14
15,16
17,
18
19, 20
|
Tes soal minat belajar
No
|
Pernyataan
|
SL
|
SR
|
JR
|
TP
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Saya senang mengikuti pelajaran
ini
Saya
merasa rugi jika tidak mengikuti pelajaran ini
Saya
merasa pelajaran ini sangat bermanfaat
Saya
berusaha memiliki uku pelajaran ini
Saya
mengerjakan soal latihan dirumah
|
|
|
|
|
Keterangan : SL =
Selalu
SR = Sering
JR = Jarang
TP = tidak pernah
Keterangan : misalnya ada 10 pernyataan, dari 10 pernyataan
ada 4 kategori skor terendah 10 dan skor tertinggi 40. 33-40 sangat berminat,
25-32 = berminat, 17-24= kurang berminat, 10-16= tidak berminat.
- Tes motivasi berprestasi
Definisi
konsep Motivasi berprestasi adalah motivasi yang medorong peserta didik untuk
berbuat baik dari apa yang dibuat atau diraih sebelumnya mapun yang dibuat atau
diraih orang lain.
Definisi
operasional Motivasi berprestasi adalah motivasi yang mendorong seseorang untuk
berbuat lebih baik dari apa yang pernah dibuat atau diraih sebelumnya maupun
yang dibuat atau diraih orang lain yang dapat diukur melalui:
a)
Berusaha untuk untuk unggul dalam kelompoknya
b)
Menyelesaikan tugas dengan baik
c)
Rasional dalammeraih keberhasilan
d)
Menyukai tantangan
e)
Menerima tanggung jawab pribadi untuk sukses
f)
Menyukai situasi pekerjaan dengan tanggung jawab
pribadi, umpan balik dan resiko tingkat menengah.
Kisi-kisi motivasi berprestasi
No
|
Indikator
|
Nomor Pernyataan
|
Jumlah
|
Positif
|
Negatif
|
1.
2.
3
4.
|
Berusaha unggul
…..
|
1, 2
|
3, 4
|
4
|
Jumlah
Pernyataan
|
|
10
|
10
|
20
|
Tes soal motivasi berprestasi
1)
Saya bekerja keras agar prestasi saya lebih baik dari
pada teman-teman
a.
Selalu
b.
Sering
c.
Kadang-kadang
d.
Jarag
e.
Tidak pernah
2)
Saya menghindari upaya mengungguli prestasi teman-teman
a.
Selalu
b.
Sering
c.
Kadang-kadang
d.
Jarag
e.
Tidak pernah
3)
Saya berusaha untuk memperbaiki kinerja saya
a.
Selalu
b.
Sering
c.
Kadang-kadang
d.
Jarag
e.
Tidak pernah
4)
Saya mengabaikan tugas-tugas sebelum ada yang mengatur
a.
Selalu
b.
Sering
c.
Kadang-kadang
d.
Jarag
e.
Tidak pernah
Skor
jawaban:
Skor jawaban
|
a
|
b
|
c
|
d
|
e
|
Pernyataan
Positif
|
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
Pernyataan
Negatif
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
4.
Tes Kreativitas
Keativitas
merupakan proses berfikir yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah atau
menjawab pertanyaan secara benar dan bermanfaat (Devito, 1989: 118).
Ciri-ciri
kreativitas berkaitan dengan imaginasi, orisinalitas, berfikir devergen,
penemuan hal-hal yang bersifat baru, intuisi, hal-hal yang menyangkut perubahan
dan eksploasi (coben,1976:17). Tes kreativitas teriri dari dua yaitu tes verbal
dan tes gambar. Yang memilki ciri kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi
(Torance, 1974:8).
Tes
soal kreativitas
Tes Verbal:
-
Misalnya diberikan tiga gambar ikan dalam akuarium
yangmasing-masing dibedakan jumlah ikan dan makanannya. Pertanyaan : pilihan
salah satu gambar yang anda sukai dan jelaskan mengapaanda menyukainya ! (dalam
waktu 3 menit)
-
Buatlah kalimat sebanyak-banyaknya dengan kata
“pintar” !(dalam wakyu3 menit)
-
Tuliskan bebagai cara tikus masuk kedalam rumah !
(dalam waktu 3 menit
Tes Gambar :
-
Disajikansebuh gambar yang belum selesai. Pertanyaan
:selesaikan rancangan gambarberikut dan berikan judul sesuai dengan selera
anda! (dalam waktu 3 menit)
-
Disajikan sebuah sketsa gambar yang belum selesai.
Pertanyaan : selesaikan sketsa gambar menurut kesukaan anda dan seteah selesai
berikan judulnya! (dalam waktu 3 menit).
-
Disajikan buah titik A, B, C, D ,E dan F dengan
posisi yang telah ditetapkan. Pertanyaan : buatlah gambar dari 6 titik ini,
kemudian berikan judul.
5.
Tes stress belajar (menghadapi ujian)
Definisi
konsep Stress belajar adalah suatu kondisi kekuatan dan tanggapan sebagai
interaksi dalam diri seseorang akibat dikonfrontasikan dengan suatu peluang,
kendala atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yang sangat diinginkan
dan hasilnya dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting.
Definisi
operasional Stress belajar adalah suatu kekuatan dan tanggapan sebagai
interaksi dala diri seseorang akibat dikonfrontasikan dengan suatu peluang,
kendala atau tuntutan belajar yang dikaitkan dengan apa yan sangat diinginkan
dan hasil-hasilnya dipersepsikan sebagai suatu yang tidak pasti atau penting
yang dapat diukur melalui :
a)
Tanggapan psikologis seperti perasaan cemas, khawatir,
takut, tidak senang, perasaan terganggu dan lepas kendali
b)
Tanggapan fisik seperti rasa lela, jantun berdebar,
rasa sakit dan tekanan darah tergaggu
c)
Tanggapan perceptual seperti anggapan dan keyakinan
No
|
Pernyataan
|
SS
|
S
|
KK
|
J
|
TP
|
1.
2.
3.
4.
5.
|
Saya cemas terhadap kemampuan saya disekolah
Saya takut rangking saya turun
Saya kehilangan nafsu makan setiap ada tugas
Jantung saya berdebar-debar ketika ada tes
….
|
|
|
|
|
|
6.
Teknik penskoran
Cara untuk
mensekor hasil jawaban peserta didik dari instrument non-tes contohnya adalah
sebagai berikut:
Nama:
Susiana
Kelas: VI-B
No
|
Pernyatan
|
SS
|
S
|
TS
|
STS
|
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
|
Mau menerima pendapat orang lain merupakan ciri
bertoleransi
Untuk mewujudkan cita-cita harus memaksakan kehendak
Saya suka menerima pendapat orang lain
Saya memilih teman disekolah, saya utamakan mereka
yang pintar saja
Kalau saya boleh memilih, saya akan selalu
mendengarkan usul-usul kedua orang tuaku
Bekerjasama dengan orang yang berbeda suku harus
dihindarkan
….
|
×
×
|
×
|
×
|
×
×
|
Tes skala sikap,
contoh pensekorannya adalah sebagai berikut:
a.
Perilaku positif terdapat pada soal nomor 1, 3, 5
dengan pemberian skor Sangat Setuju = 4, Setuju = 3, Tidak Setuju = 2, Sangat
Tidak Setuju = 1.
b.
Perilaku negatif terdapat pada soal nomor 2, 4, 6
dengan pemberian skor Sangat Setuju = 1, Setuju = 2, Tidak Setuju = 3, Sangat
Tidak Setuju = 4.
c.
Skor yang harus diperoleh dalam perilaku positif
minimal 3 × 4 = 12, maksimal 3 × 5 = 15
d.
Skor yang harus di peroleh dalam perilaku negatif
minimal 3 × 2 = 6, maksimal 3× 1 = 3
e.
Skor rata-rata perilaku minimal adalah (12 + 6) : 2 =
9 , perilaku maksimal adalah (15 + 3) : 2 = 9 .
f.
Jadi skor yang diperoleh Susiana adalah perilaku
positif 5 + 4 + 1 = 10, perilaku negatif 4 + 2 + 3 = 9 skor akhir Susiana (10 +
9):2 = 9,5 atau 10
Jadi sikap
Susiana tentang toleransi khususnya mau menerima pendapat orang lain masih
kurang , artinya Susiana tidak mempunyai sikap yang begitu tinggi tentang mau
menerima pendapat orang lain, oleh karena itu dia perlu pembinaan dan
peningkatan khususnya mengenai perilaku ini.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Penilaian
non-tes berarti melaksanakan penilaian pada pembelajaran dengan tidak melakukan
tes. Pengambilan data instrument non-tes
menggunakan observasi, wawancara, angket/quisioner dan kaidah penulisan
instrument non-tes harus melihat konstruksi, materi dan bahasa atau
budaya. Contoh instrument non tes diantaranya skala sikap, tes minat belajar, tes
motivasi berprestasi, dan tes kreatifitas
B.
Saran
Demikian
yang dapat kami paparkan mengenai materi penulisan butir soal untuk instrument
non-tes,tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya
pengetahuan dan kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan
judul makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga
para pembaca pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA
Nur, Dewi dkk. 2009. Teknik
dan Alat Evaluasi Pendidikan Nontes. Bogor. Laporan kegiatan
Uno, Hamzah B. 2008. Model
Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara
http://www.slideshare.net/gatutsuliana/kartu-saol