Read more: http://farhanshare.blogspot.com/2012/09/cara-agar-artikel-blog-tidak-bisa-di_1.html#ixzz2JboOJZMH Sunshine Appuach (PrincesSholehah): Mei 2013

Senin, 27 Mei 2013

Bimbingan Konseling - Keterampilan dan Kualitas Konselor yang Efektif

KATA PENGANTAR

Penulis karya ilmiah ini disusun guna melengkapi salah satu tugas mata kuliah Bimbingan Konseling . Didalam penulisan ini tentunya masih jauh dari sempurna, namun penulis memaparkan dan menampilkan sebaik mungkin dengan harapan agar sebaik mungkin menjadi sebuah kenyataan, namun kelemahan dan kekurangannya penulis sangat sadari sekali terutama didalam penulis dan sistematika makalah ini. Makalah ini penulis beri judul Keterampilan dan Kualitas Konselor yang Efektif” dengan alasan penulis ingin mengetahui bagaimana cara penulisan yang diterapkan kepada siswa sehingga akan mendapatkan hasil yang maksimal.
Harapan penulis agar makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi penulis sendiri, untuk itu penulis berusaha dengan pengetahuan dan kemampuan yang terbatas untuk mewujudkan karya ini sebaik-baiknya.
Tak lupa apabila ada kesalahan pada penulisan makalah ini yang jauh dari sempurna, maka saran dan masukan sangat penulis harapkan. Kepada pihak yang membantu mohon maaf yang sebesar-besarnya.






                                                                                   Bogor,  13 April 2013

                                                                                                                            Penulis


DAFTAR ISI
Halaman  Judul
Kata Pengantar        i
Daftar Isi       ii
BAB I
PENDAHULUAN
      A.    Latar Belakang Masalah.        1
      B.     Rumusan Masalah       1
      C.     Tujuan Makalah.       2
BAB II
PEMBAHASAN
      A.    Pengertian Konselor         3
      B.     Kompetensi Konselor         3
      C.     Model Pengembangan Kompetensi Konselor         4
      D.    Sikap dan Keterampilan Konselor       5
      E.     Karakteristik Konselor yang Efektif         8
BAB  III
PENUTUP
      A.    Kesimpulan       14
      B.     Saran      14
Daftar Pustaka      15



BAB  I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Bagi seorang konselor menguasai teknik konseling adalah mutlak. Sebab dalam proses kornseling, teknik yang baik adalah kunci keberhasilan menuju tercapainya tujuan konseling. Seorang Konselor yang efektif harus mampu merespon klien dengan keterampilan yang benar, sesuai keadaan klien saat itu. Respon yang benar adalah respon yang mampu mendorong, merangsang, dan menyentuh klien sehingga klien dapat terbuka untuk menyatakan dengan bebas perasaan, pikiran dan pengalamannya. Selanjutnya klien harus terlibat dalam diskusi mengenai dirinya.
Respon konselor terhadap klien mencakup dua sasaran yaitu perilaku verbal dan perilaku nonverbal. Seorang konselor bukanlah robot melainkan seseorang yang sarat akan latar belakang sosial-budaya-agama, persoalan-persoalan hidup, keinginan dan cita-cita, dan sebagainya. Apabila seorang konselor sedang dalam kondisi tidak nyaman, maka besar kemungkinan kondisi tersebut akan terbawa tanpa sengaja kedalam hubungan konseling. Untuk mengatasi hal tersebut konselor harus berusaha mengusir segala masalah diri semaksimal mungkin, dan paling harus ada kepekaan terhadap diri. Kemudian Konselor harus peka terhadap bahasa tubuh klien.
Teknik umum merupakan teknik konseling yang lazim digunakan dalam tahapan-tahapan konseling dan merupakan teknik dasar konseling yang harus dikuasai oleh konselor. Untuk itu, penulis berinisiatif untuk menulis beberapa keterampilan atau teknik konseling yang harus dimiliki oleh seorang konselor.
B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini yaitu keterampilan dan kualitas apa saja yang harus dimiliki oleh seorang konselor?


C.    Tujuan Makalah

1.      Untuk memahami beberapa keterampilan yang harus dimiliki seorang konselor dalam menangani masalah pada klien.
2.      Untuk mengetahui keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang konselor.

 BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian Konselor
                               Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam konseling. Konselor bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan, tapi juga merambah pada bidang industri dan organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara umum di masyarakat. Khusus bagi konselor pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan konseling kepada peserta didik (di satuan pendidikan sering disebut Guru BP/BK atau Guru Pembimbing.

B.     Kompetensi Konselor
1.      Keterampilan Interpersonal
Konselor yang efektif mampu mendemonstrasikan perilaku mendengar, berkomunikasi, empati, kehadiran (present), kesadaran komunikasi non verbal, sensitivitas terhadap kualitas suara, responsivitas terhadap ekspresi emosi, pengambilalihan, menstruktur waktu, menggunakan bahasa.
2.      Keyakinan dan Sikap Personal
Kapasitas untuk menerima yang lain, yakin adanya potensi untuk berubah, kesadaran terhadap pilihan etika dan moral. Sensitivitas terhadap nilai yang dipegang oleh klien dan diri.
3.      Kemampuan Konseptual
Kemampuan untuk memahami dan menilai masalah klien, mengantisipasi konsekuensi tindakan di masa depan, memahami proses kilat dalam kerangka skema konseptual yang lebih luas, mengingat informasi yang berkenaan dengan klien. Fleksibilitas kognitif, dan keterampilan dalam memecahkan masalah.
4.       Ketegaran Personal
Tidak adanya kebutuhan pribadi atau keyakinan irasional yang sangat merusak hubungan konseling, percaya diri, kemampuan untuk menolerasi perasaan yang kuat atau tak nyaman dalam hubungan dengan klien, batasan pribadi yang aman, mampu untuk menjadi klien. Tidak mempunyai prasangka sosial, etnosentrisme dan autoritarianisme.
5.      Menguasai Teknik
Pengetahuan tentang kapan dan bagaimana melaksanakan intervensi tertentu, kemampuan untuk menilai efektivitas intervensi, memahami dasar pemikiran di belakang teknik, memiliki simpanan intervensi yang cukup.
6.      Kemampuan untuk Paham dan Bekerja dalam Sistem Sosial
Termasuk kesadaran akan keluarga dan hubungan kerja dengan klien, pengaruh agensi terhadap klien, kapasitas untuk mendukung jaringan dan supervisi. Sensitivitas terhadap dunia sosial klien yang mungkin bersumber dari perbedaan gender, etnis, orintasi seks, atau kelompok umur.
7.      Terbuka untuk Belajar dan Bertanya
Kemampuan untuk waspada terhadap latar belakang dan masalah klien. Terbuka terhadap pengetahuan baru. Menggunakan riset untuk menginformasikan praktik.

C.    Model Pengembangan Kompetensi Konselor
Kategorisasi dan identifikasi keterampilan dan kualitas berhubungan dengan efektivitas konseling berfokus terhadap kompetensi yang ditunjukan kepada orang-orang yang telah menjadi praktisi. Walaupun demikian, penekanan dalam literatur atas pentingnya factor dan nilai persoalan dalam area supervise model perkembangan identitas konselor. Banyak konselor yang menemukan makna dalam metafora “consellor’s journey” (perjalanan konselor) (karya Goldberg, 1988), citra yang memungkinkan mereka untuk melacak akar peran konseling mereka, dan memahami perbedaan daerah serta halangan yang mereka temui di jalan untuk menjadi seorang konselor. Jalan personal dan professional yang diikuti oleh konselor dapat di bagi dalam lima tahap berbeda namun tumpang-tindih:
1.      Peran, hubungan dan pola kebutuhan emosional yang terbentuk di masa anak-anak.
2.      Keputusan untuk menjadi seorang konselor.
3.      Pengalaman menjalani pendidikan
4.      Mengatasi praktik yang berat
5.      Mengekspresikan kreativtas dalam peranan konseling.\
Model ini bersumber dari riset yang sebagian besar dilaksanakan terhadap psikoterapis di AS (Henry, 1966, 1977; Burton, 1970), walaupun ada bukti dilaksanakannya riset serupa dalam skala kecil terhadap terapis Inggris (Norcross dan Guy, 1989; spurling dan Dryden, 1989). Penting untuk dicatat bahwa semua studi ini dilaksanakan terhadap terapis professional penuh waktu. Riset tersebut kurang memiliki pola motivasional dan proses pengembangan konselor nonprofessional atau sukarela.

D.    Sikap dan Keterampilan Konselor
Sikap dan keterampilan merupakan dua aspek penting kepribadian konselor. Sikap sebagai suatu disposisi tidaklah tampak nyata, tidak dapat dilihat bentuknya secara langsung. Berbeda dengan sikap, keterampilan dapat tampak wujudnya dalam perbuatan.
1.      Sikap Dasar Konselor
a.       Penerimaan
Penerimaan sebagai salah satu sikap dasar konselor mengacu pada kesediaan konselor memiliki penghargaan tanpa menggunakan standar ukuran atau persyaratan tertententu terhadap individu sebagai manusia atau pribadi secara utuh. Ini berarti konselor menerima setiap individu klien yang datang kepadanya, dalam konseling, tanpa menilai aspek-aspek pribadinya yang “lemah” ataupun yang “kuat”. Jadi, penerimaan merupakan komponen penting dari penghargaan konselor terhadap klien, dan merupakan dasar proses konseling secara keseluruhan.

b.      Pemahaman
Konselor diharapkan memiliki pemahaman terhadap klien, bukan berarti bahwa konselor mengerti batin klien sebagaimana mengerti isi suatu bacaan. Konselor tidak dituntut berlayan sebagai ahli kebatinan yang dengan tenaga “paranormalnya” mungkin dapat “melihat” batin orang. Konselor, menurut Jones, Stafflre dan Stewart (1979), hendaknya memahami siswa atas dua tingkat. Hasil observasi, catatan konferensi, dan hasil-hasil tes tersedia sebagai bahan pemahaman (tingkat pertama: tingkah laku). Akan tetapi menurut mereka siswa baru merasa bahwa ia dipahami jika komunikasi dengan konselor bergerak dalam tingkat perasaan; dan konselor menunjukkan bahwa dia paham dunia siswa dan menerima rasa takut dan harapan-harapan siswa sebagaimana siswa melihatnya. Karena itu, menurut ketiga penulis tadi, konselor hendaknya lebih condong berfikir dengan (bersama-sama) daripada tentang atau mengenai siswa (klien).
c.        Kesejatian dan Keterbukaan
Kesejatian pada dasarnya menunjuk pada keselarasan (harmoni) yang mesti ada dalam fikiran dan perasaan konselor dengan apa yang terungkap melalui perbuatan ataupun ucapan verbalnya. Keterbukaan pada konselor merupakan kualitas pribadi yang dapat disebut sebagai cara konselor mengungkapkan kesejatiannya. Keterbukaan yang sepantasnya itu, berarti konselor mesti terbuka dan jujur dalam semua hal.

2.      Keterampilan Dasar Konselor
a.       Kompetensi Intelektual
Keterampilan konselor dilandasi oleh pengetahuan siap pakai mengenai tingkah laku manusia, pemikiran yang cerdas, dan kemampuan mengintegrasikan peristiwa yang dihadapi dengan pendidikan dan pengalamannya.
b.      Kelincahan Karsa-cipta
Kelincahan karsa-cipta konselor dalam memilih dengan cepat dan tepat respon yang bijak. Kelincahan ini terutama sekali terasa pentingnya pada saat interview konseling dimana klien mengemukakan pernyataan-pernyataan verbal ataupun nonverbal.
c.       Pengembangan Keakraban
Keakraban mengacu pada suasana hubungan konseling yang bercirikan suasana santai, keselarasan, kehangatan, kewajaran, saling memudahkan dalam percakapan, dan saling menerima antara klien dengan konselor. Meskipun suasana akrab yang baik itu berada pada kedua pihak (konselor dan klien), namun tanggung jawab penciptaan dan pemantapan sepenuhnya berada di tangan konselor.
Gibson dan Mitchell (1995:150) menyebutkan ada empat keterampilan konseling yakni keterampilan komunikasi, keterampilan diagnostik, keterampilan memotivasi dan keterampilan manajemen.
a.       Keterampilan Komunikasi
Keterampilan komunikasi terdiri atas dua yakni keterampilan komunikasi nonverbal dan keterampilan komunikasi verbal. Gazda, Asbury, Balzer, Childers and Walters (dalam Gibson dan Mitchell (1995:150) membagi keterampilan komunikasi nonverbal atas empat keterampilan yakni perilaku komunikasi nonverbal mengggunakan waktu terdiri atas mengenali waktu dan prioritas waktu; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan tubuh terdiri atas kontak mata, mata, kulit, postur tubuh, ekspresi wajah, tangan dan pergerakan lengan, perilaku diri, pengulangan perilaku, sinyal atau aba-aba, menarik perhatian; perilaku komunikasi nonverbal menggunakan media suara terdiri atas nada suara, kecepatan berbicara, kerasnya suara, gaya berbicara; dan perilaku komunikasi nonverbal menggunakan lingkungan terdiri atas pengaturan jarak, pengaturan seting fisik, terkesan mahal berlawanan dengan kesan jorok terdiri atas pakaian yang digunakan dan posisi dalam ruangan konseling.
Keterampilan komunikasi verbal yang penting adalah mendengar, memberi respon balikan dan mengajukan pertanyaan (Gibson & Mitchell, 1995:154). Mendengar adalah persyaratan komunikasi verbal yang efektif. Cavaugh (Gibson & Mitchell, 1995:154) menyatakan bahwa “listening is the basis of a counselor’s effectiveness”. Selanjutnya, dengan keefektifan mendengar maka akan dapat dilakukan respon balikan terhadap perilaku, perasaan, perhatian, aksi, ekspresi klien. Dalam mengajukan pertanyaan pun harus digunakan bentuk pertanyaan terbuka yang akan memberikan kesempatan klien untuk mengekspresikan perasaan, merinci pembicaraan dan memperoleh pemahaman baru.
b.      Keterampilan Diagnostik
Keterampilan ini mensyaratkan konselor terampil dalam mendiagnosa dan memahami klien, memperhatikan klien, dan pengaruh lingkungan yang relefan. Konselor harus terampil dalam menggunakan pengukuran psikologi terstandar dan teknik non standar untuk mendiagnosa klien.
c.       Keterampilan Memotivasi
Tujuan konseling biasanya untuk membantu perubahan perilaku dan sikap klien. Untuk memenuhi tujuan ini, seorang konselor harus mempunyai keterampilan memotivasi klien.
d.      Keterampilan Manajemen
Yang termasuk keterampilan manajemen adalah perhatian terhadap lingkungan dan pengaturan fisik, pengaturan waktu, mengatur proses membantu klien bahagia, mengatur kontribusi konselor dalam proses konseling, mengenali dan bekerja dalam keprofesionalan seorang konselor. Menentukan poin dan metode mengakhiri konseling, tindak lanjut dan mengevaluasi merupakan tanggung jawab konselor.

E.      Karakteristik Konselor yang  Efektif
Kualitas pribadi konselor merupakan faktor yang menentukan jalannya konseling. Tidak hanya ilmu dan teknik-teknik yang harus dimiliki oleh seorang konselor. Fakta dilapangan menunjukkan, bahwa konseli (klien) tidak mau ke ruangan konselor untuk memanfaatkan konseling karena kepribadian konselor yang mereka anggap judes, keras, dan menakutkan. Oleh karena itu selain ilmu seorang konselor juga harus mempunyai kepribadian yang baik, berkualitas dan dapat dipertanggung jawabkan.
Menurut Cavanagh (1982) mengemukakan kualitas pribadi konselor dapat dibedakan menjadi 11, yaitu:
1.      Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)\
Disini berarti bahwa konselor memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara nyata apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena beberapa alasan sebagai berikut.
a)      Konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya maka dia juga akan memilki persepsi yang kuat terhadap orang lain.
b)      Konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga akan memahami orang lain.
  1. Kompetensi (Competence)
Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien. kompetensi sangatlah penting, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Adapun kompetensi dasar yang seyogianya dimilki oleh seorang konselor, yang antara lain :
a)      Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan
b)      Penguasaan konsep bimbingan dan konseling
c)      Penguasaan kemampuan assesmen
d)     Penguasaan kemampuan mengembangkan progaram bimbingan dan konseling
e)      Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi layanan bimbingan dan konseling
f)       Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok
g)      Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan profesi
h)      Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama dan setting kebutuhan khusus
  1. Kesehatan Psikologis yang Baik
Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari suatu kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya, yang mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor dimana konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada klien. Kesehatan psikolpgis konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi hubungan konseling. Karena apabila konselor kurang sahat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh kebutuhan-kebutuhan sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan kebingungan.
  1. Dapat Dipercaya (trustworthness)
Konselor yang dipercaya dalam menjalankan tugasnya memiliki kecenderungan memilki kualitas sikap dan prilaku sebagai berikut:
a)      Memilki pribadi yang konsisten
b)      Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.
c)      Tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa.
d)     Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh.
  1. Kejujuran (honest)
Yang dimaksud dengan Kejujuran disini memiliki pengertian bahwa seorang konselor itu diharuskan memiliki sifat yang terbuka, otentik, dan sejati dalam pembarian layanannya kepada konseli. Jujur disini dalam pengertian memiliki kongruensi atau kesesuaian dalam kualitas diri actual (real-self) dengan penilain orang lain terhadap dirinya (public self). Sikap jujur ini penting dikarnakan:
1)      Sikap keterbukaan konselor dan klien memungkinkan hubungan psikologis yang dekat satu sama lain dalam kegiatan konseling.
2)      Kejujuaran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif terhadap klien.
  1. Kekuatan atau Daya (strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal itu klien merasa aman. Klien memandang seorang konselor sebagi orang yang, tabaha dalam menghadapi masalah, dapat mendorong klien dalam mengatasi masalahnya, dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.
Konselor yang memilki kekuatan venderung menampilkan kualitas sikap dan prilaku berikut.
1)      Dapat membuat batas waktu yang pantas dalam konseling
2)      Bersifat fleksibel
3)      Memilki identitas diri yang jelas
  1. Kehangatan (Warmth)
Yang dimaksud dengan bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan konselor, pada umumnya yang kurang memilki kehangatan dalam hidupnya, sehingga ia kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikanperhatian, dan kasih sayang. Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan Sharing dengan konseling. Bila hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.
  1. Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)
Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses konseling. Konselor yang memiliki kualitas ini akan: (a) mampu berhubungan dengan orang-orang yang bukan dari kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan, (b) membantu klien dalam konseling dengan cara-cara yang bersifat membantu, (c) memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat menimbulkan respon yang bermakna, (d) berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dalam konseling.
  1. Kesabaran
Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menampilkan sikap dan prilaku yang tidak tergesa-gesa.
  1. Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting dalam konseling karena hal ini akan memberikan rasa aman bagi klien dan klien akan lebih percaya diri apabila berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.
  1. Kesadaran Holistik
Holistik dalam bidang konseling berarti bahwa konselor memahami secara utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor seorang yang ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien, dan memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi aspek, fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual, dan moral-spiritual.
Konselor yang memiliki kesdaran holistik cenderung menampilkan karakteristik sebagai berikut.
1)      Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang kompleks.
2)      Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan perlunya referal.
3)      Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
Menurut Shertzer dan Stone, konselor yang efektif dan yang kurang efektif dapat dibedakan atas dasar tiga dimensi yaitu pengalaman, corak hubungan antar pribadi dan faktor-faktor non kognitif.
1. Pengalaman, ternyata menjadi variabel penting dalam efektifitas pekerjaan  konselor sejauh mereka yang telah lama berkecimpung dalam profesi ini menunjukkan banyak kesamaan dalam cara menciptakan dan membina hubungan antar pribadi yang khas untuk suatu helping relationship, biarpun mereka berpegang pada pandangan teoritis tentang proses konseling yang berbeda-beda, lebih banyak menunjukkan ketulusan, empati, dan penerimaan terhadap konseli.
2. Corak hubungan antar pribadi, yang menekankan empati dan pemahaman terhadap pikiran dan perasaan yang terungkap oleh konseli, serta terhadap situasi konseli, ternyata sangat esensial dan dapat ditemukan pada berbagai tipe kepribadian konselor yang efektif.
3. Faktor-faktor non kognitif. Meliputi hal-hal seperti motivasi, nilai-nilai kehidupan, perasaan terhadap orang lain, ketenangan dalam menghadapi situasi wawancara konseling yang arahnya tidak diketahui sebelumnya, kedewasaan, kemampuan untuk menjaga jarak dan tidak menjadi terlibat secara emosional dan kelincahan dalam pergaulan sosial pada umumnya
Menurut Belkin, sejumlah kualitas kepribadian dapat ditampung dalam tiga judul yaitu :
1.      Mengenal diri sendiri, konselor harus menyadari kelebihan dan kelemahannya sendiri, harus tahu dalam usaha-usaha apa dia kiranya akan lebih berhasil, merasa aman dengan diri sendiri, percaya pada orang lain dan memiliki keteguhan hati.

2.      Memahami orang lain, ini menurut keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut pandangan-pandangan pribadi saja.

3.      Kemampuan berkomunikasi dengan orang lain, bertumpu pada kemampuan untuk memahami orang lain, bertindak sejati serta tulen, bebas dari kecenderungan menguasai orang lain, kejujuran, kesungguhan, dapat diandalkan, keterusterangan dan kemampuan mengungkapkan pikiran serta perasaan dalam kata-kata dan isyarat-isyarat.



 BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Konselor adalah seorang yang mempunyai keahlian dalam konseling. Konselor bergerak terutama dalam konseling di bidang pendidikan, tapi juga merambah pada bidang industri dan organisasi, penanganan korban bencana, dan konseling secara umum di masyarakat. Khusus bagi konselor pendidikan yang bertugas dan bertanggung jawab memberikan layanan bimbingan konseling kepada peserta didik (di satuan pendidikan sering disebut Guru BP/BK atau Guru Pembimbing.
Seorang konselor harus memiliki berbagai keterampilan yang digunakan dalam proses Kompetensi konselor, Model Pengembangan Kompetensi Konselor, Sikap dan Keterampilan Konselor, dan Karakteristik Konselor yang  Efektif


B.     Saran
Penulis berharap bahwa dengan adanya pemaparan tentang keterampilan dalam konseling, masyarakat dapat menggunakan jasa para konselor dan memberikan kepercayaan bahwa konselor dapat membantu masyarakat dalam pemecahan masalah melalui keterampilan dan kualitas konselor yang efektif.





DAFTAR PUSTAKA

McLeod, John. 2006. Pengantar Konseling Teori dan Studi Kasus. Jakarta: Kencana
Mappire AT, Andi. 1992. Pengantar Konseling dan Psikoterapi. Jakarta: PT Raja Grafindo
Syamsu, Yusuf, Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Remaja Rosdakarya
Willis, Sofyan S. 2004. Konseling Individual: Teori dan Praktek. Bandung: Alfabeta.